PANDANGAN HIDUP
Pengertian Pandangan
Hidup Menurut Para Ahli.
- Menurut Machiavelli, pandangan hidup adalah sistem dalam perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa di suatu wilayah tertentu.
- Menurut Thomas Hobbes, pandangan hidup adalah segala cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan mengatur rakyatnya.
- Menurut Descartes, pandangan hidup adalah intisari dari pemikiran manusia.
- Menurut Karl Marx, pandangan hidup adalah suatu media untuk mencapai kesejahteraan dan kesetaraan bersama dalam masyarakat.
- Menurut Francis Bacon, pandangan hidup adalah semua gabungan pemikiran dan panduan yang mendasari suatu konsep.
- Menurut Prof. Lowenstein, pandangan hidup adalah suatu gabungan pola pemikiran dan kepercayaan, atau pemikiran bertukar menjadi kepercayaan, penerangan sikap manusia tentang hidup dan kehadirannya dalam masyarakat serta mengusulkan sesuatu kepemimpinan dan menyeimbangkannya berdasarkan pemikirannya dan kepercayaan itu.
- Menurut Napoleon, pandangan hidup adalah semua pemikiran politik dari musuh – musuhnya.
Manusia dan Pandangan
Hidup.
Akal dan
budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia
itu. Sebab, akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan
dibandingkan makhluk lain. Satu di antara keunggulan manusia tersebut ialah
pandangan hidup. Di satu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, di pihak
lain manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini, manusia berharap dapat terlindungi dari ancaman - ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun non fisik; seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan sebagainya. Manusia tahu benar bahwa baik dan buruk itu akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan selalu mencari "sesuatu" yang dapat menuntunnya ke arah kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini, manusia berharap dapat terlindungi dari ancaman - ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun non fisik; seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan sebagainya. Manusia tahu benar bahwa baik dan buruk itu akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan selalu mencari "sesuatu" yang dapat menuntunnya ke arah kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.
Akhirnya manusia
menemukan apa yang disebut “sesuatu” dan “kekuatan” di luar dirinya, ternyata
keduanya adalah “agama” dan “Tuhan”. Baik Tuhan maupun agama itu ternyata merupakan
kebutuhan manusia. Manusia membutuhkan Tuhan karena manusia menyadari bahwa
hanya Tuhan-lah yang mampu mendatangkan dan mampu menghilangkan segala bentuk
ancaman bagi dirinya. Manusia memerlukan agama karena hanya agama lah yang
memberikan petunjuk mana yang baik dan mana yang buruk. Jelas antara agama
dengan Tuhan tidak dapat dipisahkan. Karena keduanya adalah satu.
Pandangan
hidup ada banyak sekali macam dan ragamnya. Akan tetapi, pandangan hidup dapat
diklasifikasikan berdasarkan asalnya yang terdiri atas tiga macam:
- Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
- Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
- Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Orang yang memiliki pandangan hidup
pasti memiliki tujuan, dan tujuan ini biasa disebut cita – cita. Cita – cita adalah
keinginan, harapan, dan tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Dalam kehidupannya,
manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita – cita, kebajikan, dan sikap
hidup itu. Tidak ada orang yang hidup tanpa cita – cita, tanpa berbuat
kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita – cita,
kebajikan, dan sikap hidup itu berbeda – beda bergantung kepada pendidikan,
pergaulan, dan lingkungan masing – masing. Itulah sebabnya, cita – cita,
kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreatif manusia. Banyak hasil
seni yang melukiskan cita – cita, kebajikan, dan hidup seseorang. Cita – cita ini
penting bagi manusia. Karena dengan adanya cita – cita menandakan kedinamikaan
manusia.
Kebajikan atau kebaikan pada
hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma – norma agama,
atau etika. Manusia berbuat baik karena menurut kodratnya, manusia itu baik dan
makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya, manusia cenderung berbuat baik.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu:
a. Manusia sebagai pribadi
Yang menentukan baik buruknya adalah suara hati. Suara hati
itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi,
suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah
memilih yang baik, namun manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
b. Manusia sebagai anggota masyarakat.
Yang menentukan baik buruknya adalah suara hati masyarakat. Suara
hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap
baik pula. Sebagai anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri
dari kemasyarakatan.
c. Manusia sebagai makhluk Tuhan.
Manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan
selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang
tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, kita harus mendengar
pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau
hukum agama.
Jadi,
kebajikan adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati
masyarakat, dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa
baik, bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, serta berpakaian
sopan.
Langkah Berpandangan
Hidup yang Baik.
Setiap manusia pasti mempunyai
pandangan hidup apapun dan bagaimanapun itu untuk dapat berhasil dalam
kehidupan yang diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang terpenting adalah
memiliki pandangan hidup yang baik agar dapat mecapai tujuan dan cita – cita dengan
baik pula. Adapun langkah – langkah berpandangan hidup yang baik yakni:
-
Mengenal.
Mengenal merupakan tahap pertama dalam setiap aktivitas hidup
manusia yang dalam hal ini mengenai apa itu pandangan hidup. Tentunya, kita
yakin dan sadar bahwa setiap manusia pasti memiliki pandangan hidup. Maka kita
dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia ada dan bahkan
hidup itu ada sebelum manusia turun ke dunia.
-
Mengerti.
Tahap kedua dalam berpandangan hidup yang baik adalah
mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu
sendiri. Bila dalam bernegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam
berpandangan hidup pada Pancasila hendaknya kita mengerti apa itu Pancasila dan
bagaimana mengatur kehidupan bernegara.
-
Menghayati.
Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah
menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup, kita
memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu
sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan dengan
menghayati nilai – nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas
dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah –
langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini adalah menganalisa hal –
hal yang berhubungan dengan pandangan hidup dan bertanya kepada orang yang
dianggap lebih tahu serta lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu
atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi, dengan menghayati pandangan
hidup, kita kan memperoleh kebenaran tentang pandangan hidup.
-
Meyakini.
Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara
kemanusiaan maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan dan negara serta kehidupan
di akhirat, maka hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang telah kita hayati
itu. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk memperoleh suatu kepastian sehingga
dapat mencapai suatu tujuan hidup.
-
Mengabdi.
Pengabdian merupakan suatu hal yang penting dalam menghayati
dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih
– lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi, maka kita akan merasakan manfaatnya. Perwujudan
manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri dan manfaat itu
sendiri bisa terwujud di masa kita saat masih hidup atau masa dimana kita sudah
meninggal.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar