Disusun
oleh :
Nama
: Yessica Suvanni
NPM
: 37416747
Kelas
: 1ID05
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
MENGENAL ILMU SOSIAL DASAR
- Latar Belakang Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar pada saat ini dikembangkan menjadi
salah satu mata kuliah pada bidang perkuliahan. Ilmu Sosial Dasar merupakan
pengetahuan yang bertujuan untuk menelaah masalah – masalah sosial, khususnya
yang diwujudkan oleh masyarakat di wilayah Indonesia dengan menggunakan fakta,
konsep, dan teori yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan seperti :
sejarah, ekonomi, geografi sosial, sosiologi, antropologi, psikologi sosial,
dan lain – lain.
Ilmu Sosial Dasar bukanlah gabungan dari ilmu – ilmu sosial
yang lain, karena masing – masing ilmu tersebut memiliki objek dan metode
ilmiahnya sendiri sehingga tidak mungkin digabungkan. Ilmu Sosial Dasar juga
bukan merupakan disiplin ilmu sendiri, karena Ilmu Sosial Dasar tidak mempunyai
objek dan metode ilmiah tersendiri dan tidak mengembangkan suatu penelitian
sebagaimana suatu disiplin ilmu lainnya.
Ilmu Sosial Dasar merupakan suatu bahan studi untuk
kepentingan pendidikan yang ada di Indonesia yang diberikan dalam Perguruan
Tinggi. Tegasnya mata kuliah ini diberikan dalam usaha untuk memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep – konsep di sekitar kita
yang dikembangkan untuk mengkaji segala gejala sosial yang ada. Hal tersebut bertujuan
agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi
lingkungan sosial dapat ditingkatkan, sehingga kita bisa lebih peka terhadap
lingkungan di sekitar kita.
- Memahami dan menyadari kenyataan - kenyataan sosial dan masalah sosial dalam masyarakat.
- Peka terhadap masalah - masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha untuk menanggulanginya.
- Menyadari bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan untuk menyelesaikan masalah tersebt, kita harus mendekati dan mempelajarinya secara kritis - interdisipliner.
- Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka dalam rangka penanggulangan masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.
- Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dasar
Untuk dapat menelaah masalah – masalah sosial,
hendaknya kita terlebih dahulu dapat mengindentifikasi kenyataan – kenyataan
sosial dan memahami sejumlah konsep sosial tertentu. Sehingga Ilmu Sosial Dasar
dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu :
- Kenyataan - kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama - sama menjadi masalah sosial tertentu.
Kenyataan sosial
tersebut sering ditanggapi secara berbeda oleh para ahli ilmu sosial karena adanya
perbedaan latar belakang disiplin ilmu atau sudut pandang. Dalam Ilmu Sosial
Dasar, kita menggunakan pendekatan interdisiplin / multidisiplin.
- Konsep - konsep sosial atau pengertian - pengertian tentang kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer yang diperlukan untuk mempelajari masalah - masalah sosial yang dibahas dalam Ilmu Sosial Dasar.
Contoh dari konsep
dasar tersebut adalah konsep “keanekaragaman” dan konsep “kesatuan sosial”.
Bertolak dari kedua konsep tersebut, maka kita dapat memahami dan menyadari
bahwa di dalam masyarakat selalu terdapat:
- Persamaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola tingkah laku baik secara individual / kelompok.
- Persamaan dan perbedaan kepentingan.
- Masalah - masalah sosial yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan sosial yang antara satu dengan lainnya saling berkaitan.
Dari 8 pokok
bahasan, ruang lingkup perkuliahan Ilmu Sosial Dasar diharapkan dapat
mempelajari dan memahami adanya :
- Berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
- Masalah individu, keluarga, dan masyarakat.
- Masalah pemuda dan sosialisasi.
- Masalah hubungan antar warga negara dan engara.
- Masalah pelapisan sosial dan kesamaan derajat.
- Masalah masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.
- Masalah pertentangan - pertentangan sosial dan integrasi.
- Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
SALAH SATU KASUS YANG TERKAIT DENGAN
ILMU SOSIAL DASAR : TINDAKAN ASUSILA REMAJA DI BEKASI
Mendengar kata mengenai “tindakan asusila” tentu sudah
sangat tidak asing di telinga kita semua. Baik dari usia muda sampai usia
lanjut mungkin sudah merasa sangat terbiasa dengan kata ini. Tindakan asusila
sangatlah merebak di lingkungan Indonesia. Dengan tidak memandang umur,
terdapat banyak sekali kasus mengenai tindakan asusila yang memakan korban usia
muda hingga dewasa. Namun yang sangat disayangkan, sebagian besar dari kasus
itu disebabkan oleh remaja, dan korbannya sendiri adalah remaja bahkan anak –
anak.
Bahkan terdapat suatu waktu dimana kasus tindakan
asusila menjadi sangat umum dan terjadi secara terus menerus. Sebagai contoh,
jika pada suatu hari kita melihat berita di televisi atau di koran tentang
kasus asusila yang dilakukan oleh remaja, maka pada beberapa hari selanjutnya
hal serupa akan terjadi kembali dengan pelaku dan korban yang berbeda. Dan hal
tersebut terus berulang hingga kita sudah merasa sangat umum dengan berita
tindakan asusila. Hal ini tentulah sangat disayangkan dan perlu dicegah. Para
remaja yang seharusnya menuntut ilmu dengan giat, justru terjerumus ke dalam
hal yang negatif.
Melihat hal tersebut, tentunya zaman sekarang sangat
berbeda dengan zaman dahulu. Jika dahulu anak – anak dan remaja menggunakan masa
muda mereka untuk bermain dengan teman sepantarannya dan menonton acara kartun
di televisi, zaman sekarang tidaklah lagi seperti itu. Anak – anak dan remaja
zaman sekarang lebih aktif dengan gadget mereka masing – masing. Hal ini
menyebabkan mereka menjadi lebih individual dan orang tua pun tidak dapat
menyaring apa saja yang anak – anak nya dapatkan dari gadget tersebut. Dengan
terus menerus kecanduan oleh gadget, secara tidak langsung mereka telah melihat
bahkan mempelajari hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak seusia mereka.
Selain itu, lingkungan pun sangat berpengaruh terhadap
anak – anak dan remaja. Lingkungan yang tidak baik akan membawa pengaruh yang
tidak baik pula terhadap anak – anak dan remaja. Apalagi jika tidak ada
pengawasan yang signifikan dari orang tua mereka. Hal negatif akan dengan mudah
masuk ke dalam otak anak – anak dan remaja pada usia mereka yang saat ini
sangat membutuhkan banyak asupan ilmu pengetahuan. Dengan tidak adanya
pengawasan dan pengajaran yang baik, mereka akan menerima keduanya, yaitu
pengetahuan baik dan buruk.
Sebagian besar tindakan asusila dilakukan oleh remaja
yang masih dibawah umur dan biasanya secara berkelompok. Terdapat juga beberapa
kasus tindakan asusila yang menyebabkan korban meninggal. Hal tersebut
menandakan tindakan asusila di Indonesia sudah berada pada tingkat bahaya.
Dengan berbagai perihal yang telah dijabarkan di atas, inilah yang membuat saya
ingin membahas lebih dalam mengenai tindakan asusila dan bagaimana cara yang
tepat untuk mengurangi bahkan mencegah agar kasus tersebut tidak terjadi
kembali.
Sedari tadi kita telah membahas tentang tindakan
asusila. Namun, apa sebenarnya pengertian dari tindakan asusila itu sendiri?
Tindakan asusila adalah perbuatan seks di luar nikah yang dilakukan oleh
seseorang / sekelompok pria terhadap perempuan. Tindakan ini ada yang dilakukan
karena keinginan kedua belah pihak dan ada pula yang dilakukan dengan cara
memaksa korban. Tindakan asusila ada beberapa jenis, seperti pelecehan seksual,
pemerkosaan, masturbasi, sodomi, homoseksual & lesbian, dan masih banyak
lagi.
Tindakan asusila bisa juga mengarah kepada kekerasan
seksual. Pemahaman kita tentang kekerasan seksual sering kali terbatas pada
pemerkosaan terhadap kaum perempuan. Namun, sebenarnya pemerkosaan hanyalah
salah satu dari berbagai jenis kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan.
Dari sudut akibat yang diderita si korban, di samping
pemerkosaan, sedikitnya kita masih mengenal tiga jenis kekerasan seksual lain.
Pertama, tindakan pemukulan yang dilakukan oleh
seorang suami terhadap istrinya yang dikenal sebagai wife abuse. Tindak kekerasan ini sering terjadi dalam rumah tangga.
Kedua, kekerasan yang dikenal sebagai sexual harassment. Tindak kejahatan ini
berbentuk terror yang dilakukan oleh
pihak laki – laki terhadap perempuan yang menjadi bawahannya, atau yang masa
depannya tergantung padanya, dengan tujuan agar si perempuan mau melayaninya
secara seksual. Kekerasan seksual jenis ini biasanya dilakukan oleh laki – laki
dengan cara halus, seperti membicarakan masalah seksual dengan perempuan yang
bukan istrinya, menyebut bagian tubuh perempuan yang menarik secara seksual
baginya, dan sebagainya. Yang menarik dari jenis kekerasan seksual ini adalah
tindakan pembalasan yang dilakukan oleh laki – laki apabila si perempuan itu
menolak kehendaknya. Karena mempunyai kekuasaan yang menentukan masa depan si
perempuan, laki – laki itu dapat berbuat berbagai cara untuk membalas dendam
terhadap si perempuan. Laki – laki ini dapat menghalangi kenaikan pangkat si
perempuan, atau dia membuat si perempuan tidak kerasan bekerja sehingga harus
keluar dari unit kerjanya.
Ketiga, kekerasan seksual yang muncul karena ketakutan
laki – laki dalam mengambil risiko. Jenis kekerasan seksual seperti ini dimulai
dari hubungan seksual antara laki – laki dan perempuan yang berkembang atas
dasar suka sama suka (bukan cinta sama cinta). Namun ketika hubungan seksual
itu terlihat membuahkan sesuatu, tiba – tiba si laki – laki tidak berani
mengambil risiko dari perbuatannya dan mendorongnya berbuat kekerasan.
Sebenarnya, yang lebih menarik dari sudut sosiologis atas kejahatan seksual
jenis ketiga adalah akibat kekerasan terhadap perempuan. Pertama, akibat dari
kekerasan itu adalah si korban akan dibunuh oleh laki – laki yang semula
“mencintai” si korban. Kedua, si korban menjadi kalap dan terpaksa harus
menjadi “penjahat” dengan membunuh bayi yang lahir karena berhubungan seks
dengan laki – laki yang tidak bertanggung jawab. ketiga, korban akan melakukan
pekerjaan apa pun, termasuk pekerjaan yang merendahkan martabat sebagai
perempuan, seperti melacurkan diri guna menghidupi anaknya. Sanksi masyarakat
terhadap perempuan yang terlibat dalam jenis kekerasan ini pun sering dirasakan
tidak adil, karena perempuan lah yang harus menanggung semua sanksi, termasuk
harus mendekam dalam penjara sebagai “pembunuh” atau hidup dalam masa depan
yang gelap.
Remaja adalah salah satu fase pada manusia dimana pada
fase ini terdapat perubahan hormonal yang besar. Perubahan hormonal tidak hanya
menyebabkan perubahan bentuk fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik
remaja laki – laki maupun perempuan. Perubahan fisik ini menyebabkan bentuk
tubuh mereka menjadi lebih sempurna dengan perubahan emosional yang menyebabkan
tumbuhnya perasaan saling tertarik, rindu, cemburu, sedih, gembira, cinta,
ingin dimiliki, dan ingin memiliki. Timbulnya perasaan – perasaan itu mendorong
remaja untuk saling terpikat dan memikat lawan jenisnya. Berbagai upaya mereka
tampilkan untuk melontarkan daya tarik mereka.
Masa remaja adalah fase penuh pergumulan, baik bagi
remajanya sendiri maupun bagi orang tua dan masyarakat. Ungkapan “Dari buahnya dikenal pohonnya,” sungguh
tepat menggambarkan keberadaan para remaja. Jika mereka memperoleh pola asuh yang
baik, mereka akan menjadi remaja yang baik. Begitu pun sebaliknya. Di sisi lain,
para remaja adalah harapan orang tua.
Dalam hal ini, salah satu faktor yang sangat
berpengaruh bagi remaja untuk menentukan arah perjalanan hidupnya di masa depan
adalah pendidikan. Tidak kalah penting juga adalah budi pekerti para remaja.
Merebaknya etika situasi dan merosotnya budi pekerti tidak bisa dilepaskan dari
melemahnya disiplin kerohanian para remaja.
Dengan demikian, tugas penting para orang tua adalah
mengenali anak – anak remaja mereka secara menyeluruh. Selanjutnya,
mengantarkan mereka menuju masa depan yang lebih baik.
- Kasus Tindakan Asusila Remaja di Bekasi
Berikut akan dijabarkan mengenai salah satu kasus terbaru tindakan asusila remaja di Indonesia :
Tiga remaja bergeming saat digerebek petugas karena berbuat asusila di satu rumah indekos di Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, pada Senin (6/3) dini hari. Mereka pun dibawa ke Polsek Bekasi Selatan untuk diperiksa petugas. Kepala Unit Pembinaan Masyarakat Polsek Bekasi Selatan Iptu Puji Astuti mengatakan, inisial ketiga remaja yakni I (16), AS (17), dan R (16). I yang berjenis kelamin perempuan saat ditangkap tidak mengenakan busana. Sedangkan dua remaja lainnya berjenis kelamin laki – laki. “Mereka tidak berkutik saat petugas menggerebeknya karena berbuat asusila,” kata Puji kepada wartawan, kemarin. Dia mengatakan, kasus ini terungkap saat petugas memperoleh informasi dari masyarakat bahwa di lantai dua warung internet (warnet) setempat dijadikan indekos asusila. Dari informasi itu, petugas bergegas ke lokasi dan mendapati ketiga remaja itu sedang berbuat asusila. “Kaca warnet itu juga sengaja digelapkan untuk menutup kedoknya. Padahal banyak aktivitas anak di bawah umur yang bermain internet,” ujarnya. Puji menjelaskan, lantai satu bangunan berupa warnet. Sedangkan di lantai dua berupa indekos dengan tarif Rp 50.000 per malam. Tempat indekos itu kerap dijadikan tempat berbuat asusila di kalangan remaja dan dewasa. Kapolsek Bekasi Selatan Komisaris Bayu Pratama menambahkan, petugas bakal memanggil orangtua ketiga remaja tersebut. Mereka juga diminta membuat surat pernyataan di atas materai Rp 6.000 agar tidak mengulangi perbuatannya. “Perbuatan mereka harus dilaporkan ke orangtuanya agar mereka lebih intensif lagi mengawasi anaknya,” kata Bayu.
- Analisa Kasus Tindakan Asusila Remaja di Bekasi
Kasus diatas membahas mengenai tindakan asusila yang
dilakukan oleh ketiga remaja di Bekasi, dengan satu orang perempuan dan dua
orang laki – laki. Kasus tindakan asusila pada remaja ini ditemukan pada lantai
2 sebuah warnet yang menjadi tempat aktivitas anak – anak. Saat kasus tersebut
ditemukan, ketiga remaja beralasan bahwa mereka sedang mengeroki punggung
temannya. Ternyata tindakan asusila di tempat tersebut tidak hanya dilakukan
sekali, melainkan lantai 2 pada warnet itu telah menjadi tempat untuk melakukan
tindakan asusila bagi remaja dan dewasa. Dengan membuat kaca jendela warnet
gelap, lantai 2 tersebut memang sengaja dan dikhususkan untuk melakukan
tindakan asusila dengan tarif harga yang terjangkau bagi remaja dan dewasa,
sehingga mereka bisa melakukan tindakan asusila dengan leluasa dan tidak
memikirkan pengeluaran yang banyak.
Pada kasus tersebut tidak dijelaskan secara detail
dengan alasan apakah tindakan asusila itu dilakukan. Tapi dengan pelaku yang
terdiri dari 2 orang dan korban 1 orang, dapat diambil kesimpulan bahwa
tindakan tersebut dilakukan dengan pemaksaan yang dilakukan oleh pelaku
terhadap korban untuk memuaskan keinginan seksual si pelaku. Dengan berpikir
secara logis, tidak ada perempuan yang mau melakukan tindakan asusila dengan 2
laki – laki sekaligus. Lain halnya, jika ada suatu kondisi mendesak yang
membuat perempuan bersedia melakukan hal tersebut.
Dalam kasus di atas, tindakan asusila dilakukan oleh 2
laki – laki. Dan selanjutnya yang ada di pikiran kita, apa dan bagaimana kedua
laki – laki itu dapat membuat perempuan mau melakukan tindakan tersebut.
Jawaban yang terlintas dalam pikiran kita pasti karena adanya paksaan. Paksaan
yang mungkin dilakukan adalah yang membuat perempuan terancam jika perempuan
itu tidak mau menuruti keinginan kedua laki – laki tersebut. Karena adanya
ancaman tersebut, perempuan itu tidak mempunyai pilihan lain karena adanya rasa
takut dari dalam diri perempuan itu.
Saat kasus tersebut terungkap, korban tertangkap
dengan tanpa busana. Dari kasus tindakan asusila itu sendiri, perempuan lah
yang kerap menjadi korban. Perempuan dipaksa, perempuan diberikan rasa takut
dengan ancaman agar perempuan mau menuruti keinginan laki – laki, dan yang
terakhir, rasa malu yang dialami oleh perempuan dan juga mungkin trauma yang
perempuan dapatkan. Namun beda halnya jika tindakan asusila dilakukan karena
suka sama suka, mungkin perempuan tidak akan merasa takut atau sebagainya
karena tidak ada paksaan sama sekali. Tetapi akibat yang terjadi pun bisa
fatal, jika perempuan tersebut hamil karena perbuatannya tersebut, perempuan
tersebut pasti sangat lah malu. Dan apa saja yang bisa perempuan lakukan telah
dijelaskan pada teori di atas. Tindakan asusila pada dasarnya memberikan efek
negatif yang luar bisa terhadap perempuan dari segi apa pun itu. Para perempuan
mungkin sudah mengetahui efek apa saja yang akan mereka dapatkan namun tetap
melakukannya. Dan di saat mereka mendapatkan efek itu, mereka baru menyadari
bahwa perbuatan yang mereka lakukan salah.
Kemudian, dapat diketahui pula bahwa tindakan tersebut
dilakukan di lantai dua sebuah warnet. Dan terdapat aktivitas anak di bawah
umur yang sedang bermain internet di lantai satu. Dengan kegiatan asusila yang
dilakukan oleh remaja sendiri itu tidaklah baik, mereka melakukan hal – hal
yang tidak sepantasnya untuk dilakukan. Mereka melakukan hal tersebut di
kawasan yang penuh dengan anak – anak, hal tersebut yang harus diperhatikan.
Anak – anak memiliki pikiran yang polos dan juga sedang banyak belajar pada
usianya. Meski anak – anak tersebut sibuk dengan dunia nya mereka sendiri
karena asik bermain internet, namun tidak ada yang tidak mungkin bagi anak
tersebut bisa dengan tidak sengaja melihat perbuatan asusila itu dan kemudian
mencontohkannya. Dengan bermain internet saja bisa membawa pengaruh negatif ke
anak – anak, ditambah lagi dengan tempat mereka bermain internet dipenuhi oleh
remaja dan orang dewasa yang melakukan tindakan asusila. Hal ini tentu yang
harus menjadi perhatian kita sebagai orang yang bermoral dan berpendidikan.
Kasus tindakan asusila dapat terjadi karena berbagai
faktor. Yang pertama adalah faktor keluarga. Keluarga merupakan faktor
terpenting bagi pertumbuhan anak. Sejak dilahirkan, keluarga yang membimbing
dan mengajarkan anak tentang hal – hal baik. Kasih sayang keluarga juga
merupakan poin terpenting yang tidak boleh dilupakan. Seorang anak yang
mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang besar dari orang tuanya tidak akan
pernah berniat untuk mengecewakan mereka. Tindakan asusila yang banyak
dilakukan oleh remaja terutama diakibatkan oleh keluarga. Orang tua yang kurang
mencurahkan kasih sayang, orang tua yang tidak pernah mengawasi apa saja yang
dilakukan oleh anak – anaknya, dan orang tua yang kurang peduli dengan apa yang
terjadi kepada anaknya. Orang tua yang kurang mencurahkan kasih sayang kepada
anaknya, akan membuat anak tersebut mencari atau melakukan hal lain yang bisa
menggantikan kasih sayang orang tuanya, seperti melakukan tindakan asusila
tersebut. Selain itu, kurangnya pengawasan dari orang tua akan membuat remaja
bisa dengan bebas mengakses apa saja di internet yang bisa membawa pengaruh
buruk bagi remaja tersebut. Mereka kemudian akan mencontoh apa yang mereka
lihat dengan perbuatan yang nyata. Jadi bisa kita lihat betapa keluarga menjadi
faktor sangat penting.
Kedua adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang baik
akan membawa pengaruh yang baik, begitu pula sebaliknya, lingkungan yang buruk
akan membawa pengaruh yang buruk pula. Sebaik – baiknya seorang remaja, jika
remaja tersebut berada di lingkungan yang buruk, dan jika mereka tidak
mempunyai iman yang kuat maka remaja itu akan terbawa pada pengaruh yang buruk.
Remaja saat ini lebih suka mengikuti apa yang sedang menjadi trend. Karena
tindakan asusila cukup populer di kalangan remaja, maka remaja pun
mengikutinya. Pergaulan yang tidak disaring dengan benar juga menjadi pemicu
yang berdampak. Dengan siapa kita bergaul itu sangat penting untuk menentukan
kehidupan kita ke depannya.
Yang terakhir adalah faktor perasaan. Perasaan yang
dimaksud disini adalah suka sama suka antar lawan jenis. Remaja sangatlah umum
untuk memiliki perasaan ini. Sebagian besar dari remaja pasti pernah berpacaran
atau sekarang sedang menjalani masa pacaran bersama orang yang dikasihinya.
Namun, pada zaman sekarang banyak sekali remaja yang berpacaran dengan tidak
sehat. Hal inilah yang mengundang tindakan asusila dapat dengan mudah terjadi
pada remaja.
Tindakan asusila sesungguhnya dapat dengan mudah
diatasi jika adanya kesadaran yang kuat pada seluruh masyarakat Indonesia dari
segala usia. Tragis memang melihat remaja Indonesia banyak sekali yang
melakukan tindakan asusila dengan kasus – kasus yang bervariasi. Penekanan yang
kuat dari keluarga memiliki pengaruh penting bagi remaja. Keluarga yang
memberikan kasih sayangnya, yang memberikan pengawasan yang baik bagi anak –
anaknya, dengan dipastikan bisa mengurangi tindakan asusila yang dilakukan oleh
remaja. Kemudian sebagai remaja, pintar – pintarlah dalam bergaul dan memilih
lingkungan. Karena lingkungan mempunyai potensi yang kuat dalam membentuk
karakter remaja saat ini. Di Indonesia sangatlah sulit menemukan lingkungan yang
bisa membawa pengaruh baik bagi remaja. Namun hal tersebut bisa dicegah jika
dari dalam diri remaja memiliki iman yang kuat untuk tidak mengikuti hal – hal
buruk yang bisa merusak masa depan mereka. Yang terakhir adalah berpacaran
dengan sehat dan sewajarnya. Karena faktor terakhir ini juga memiliki dampak
yang besar. Jauhkan pikiran – pikiran yang tidak baik dalam berpacaran sehingga
tindakan asusila bisa dapat dicegah.
Jika ketiga hal tersebut bisa dilakukan, maka bisa
dipastikan tindakan asusila pada remaja dapat dikurangi bahkan memungkinkan
untuk tidak terjadi lagi. Jadi dalam berbuat suatu hal, pikirkan dahulu dampak
apa yang bisa terjadi kedepannya. Karena masa depan kita tergantung dari apa
yang kita lakukan saat ini dan dengan siapa kita bergaul.
DAFTAR PUSTAKA
Warta
Kota. 7 Maret, 2017. Tiga Remaja Beraksi
Asusila Diamankan, halaman 9.
Harwantiyoko,
dan Neltje, F.K. MKDU: Ilmu Sosial Dasar.
Gunadarma.
Soetrisno,
Loekman. 2001. Kemiskinan, Perempuan, dan
Pemberdayaan (edisi ke 5). Yogyakarta: Kanisius.
Surbakti,
E.B. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.